Tuesday, December 16, 2008

Aku kaya..

Antara bersyukur, malu, hancur hati...bercampur campur perasaan itu. Betapa aku tidak bersyukur atas semua yang sudah TUHAN berikan saat ini. Pekerjaan yang baik, lingkungan yang baik, keluarga yang baik, teman-teman yang baik, seseorang yang baik. Seringkali aku hanya melihat, betapa kecilnya gajiku. Betapa aku harus hidup serba pas kalau tidak mau kering kerontang di tanggal tua. Dibanding teman-temanku, jauh lah... Seringkali aku hanya melihat ini dan itu yang seolah ada saja kurangnya. Aku merasa miskin.

Betapa sibuknya aku memperkaya diriku sendiri. Menghitung berapa pengeluaranku setiap bulan. Berapa rupiah yang harus tersisa. Investasi apa yang menguntungkan. Apa yang harus kulakukan supaya aku bisa dengan cepat melipatgandakan uangku. Umur berapa aku bisa mempunyai sejumlah uang untuk mulai membeli rumah. Umur berapa aku bisa mempunyai mobil. Uang. Semuanya ada hubungannya dengan uang. Dan cepat atau lambat, kalau aku tidak cepat-cepat terbangun dari semua ini, maka aku akan mendapati diriku menjadi hamba uang. Terikat dengan uang. Tamak.

Hari Minggu, ibadah di gereja. Kebetulan juga diadakan perayaan Natal. Betapa hancur hatiku di situ. Ketika melihat orang-orang yang terlibat pelayanan rehabilitasi orang gila. Betapa kerelaan hati mereka besar sekali. Menggunting rambut, memandikan, memotong kuku. Aku yakin, pasti rambut yang digunting itu sangat bau. Aku yakin, badan yang dimandikan itu sangat bau. Aku yakin, kuku yang dipotong itu sangat jelek bentuknya. Tetapi dengan kasih mereka lakukan itu. Sampai orang yang sempat gila itu menjadi sembuh, sehingga mereka bisa bekerja seperti orang normal lainnya. Para pelayan di rehabilitasi itu tidak memikirkan keuntungan yang bisa mereka dapat, tetapi mereka mau mengerjakannya dengan sepenuh hati. Mereka kaya.

Dan kulihat diriku sendiri. Apa yang sudah kulakukan di sini. Di kota ini. I do nothing!! Yang sudah kulakukan hanya sibuk dengan urusanku sendiri. Malu rasanya. Teringat pula janjiku yang kutunda-tunda, hanya karena sebuah alasan. Uangku masih sedikit.

Aku mau berubah. Betapa aku kaya. Aku bisa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Aku bisa menikmati matahari. Aku bisa menikmati hujan. Aku bisa kos di tempat yang cukup layak. Aku punya stok pakaian yang cukup. Aku punya lebih dari satu alas kaki. Aku masih bisa membeli tiket pulang ke Solo. Aku masih bisa makan di resto. Aku masih bisa membayar kewajiban-kewajiban yang harus kubayar. Dan masih ada sisa di tabunganku. Jadi, alasan apa sebenarnya yang membuatku menunda janjiku sendiri? Memperkaya diri sendiri tidak akan pernah ada habisnya. Pasti akan selalu merasa kurang.

Bersyukur, akan membuat kita merasa kaya. Karena kalau kita menghitung berkat TUHAN satu per satu, pastilah sangat banyak. Karena setiap berkat yang TUHAN berikan adalah kekayaan yang TUHAN berikan kepada kita.

And let the poor say I’m rich.

Things which eye saw not, and ear heard not, And ‘which’ entered not into the heart of man, Whatsoever things God prepared for them that love him. (1Cor 2:9)

No comments:

Post a Comment